21 Jan 2010

Tragedi Bleaching



SENYUM yang cemerlang seringkali disamakan dengan senyuman yang disertai kilauan gigi yang putih dan bersih. Untuk itulah, orang berusaha memutihkan giginya. Dan bleaching adalah salah satu jalan memutihkan gigi. Masalahnya, bleaching bisa seperti pisau bermata dua. Bisa memutihkan, bisa juga menghancurkan.

Terlihat lebih cantik dan menarik adalah keinginan semua orang. Karena itulah, orang berlomba-lomba untuk melakukan berbagai perawatan terhadap berbagai bagian tubuh. Tak hanya rambut, wajah dan kulit saja yang memerlukan perawatan khusus, tetapi juga gigi dan mulut yang merupakan bagian integral dari wajah.


Dua bagian yang disebutkan terakhir itu mendapat perhatian khusus karena gaya hidup dan kebiasaan telah membuat kedua bagian itu tak enak dipandang mata. Kebiasaan itu, antara lain, menghisap rokok, minum kopi, dan teh. Zat-zat yang terdapat dalam rokok, kopi dan teh itu bisa mengubah warna gigi.

Meskipun demikian, masih bisa dipersoalkan apakah gigi yang normal itu selalu berwarna putih atau tidak. Anggapan bahwa gigi yang normal selalu berwarna putih ternyata tidak benar. Pada dasarnya masing-masing individu memiliki rentan warna normal gigi yang berbeda-beda, mulai dari agak kekuningan, oranye, cokelat, bahkan abu-abu.

"Warna gigi tergantung dari warna kulit kita," kata drg Prita Pradnya Paramita dari Klinik Anakku. Dan tidak semua orang memiliki rentang warna gigi tersebut. Kadang-kadang warna gigi berubah menjadi lebih tua atau tampak kusam. Itulah diskolorasi gigi.

Ada dua tipe diskolorasi. Pertama, disklorasi karena faktor ekstrinsik akibat stain pada permukaan gigi. Penyebab umumnya adalah kopi, teh, perwarna makanan buatan, anggur, berry, dan merokok, atau mengunyah tembakau. Kedua, diskolorasi intrinsik yang lebih kompleks karena selain melibatkan email, juga mencapai dentin. Penyebabnya, antara lain, erythroblastosis fetalis, jaundice, porphyria, dental fluorosis, antibiotik tetracycline, material perawatan endodontik, dan material restorasi.

Bleaching untuk Mengatasi Diskolorasi 

Bleaching merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah diskolorasi. Bleaching adalah pembuangan noda atau warna dengan bahan kimia.

"Sebenarnya bleaching itu bertujuan untuk membersihkan gigi dengan menggunakan hydrogen peroxide dan carbamide peroxide. Bukan untuk memutihkan gigi, tetapi untuk menghilangkan warna-warna yang bukan warna asli dari gigi seseorang. Terutama karena warna asli gigi tidak semua putih, "jelas drg Prita Pradnya Paramita dari Klinik Anakku.

Menurutnya, ada empat pilihan perawatan gigi dengan bleaching. Pertama, in office bleaching yaitu proses bleaching yang dilakukan di klinik-klinik perawatan gigi. "Sebelum bleaching dilakukan, biasanya dokter akan memberikan analisa terlebih dahulu boleh atau tidaknya seseorang melakukan bleaching. Kalau orang tersebut memiliki masalah-masalah tersebut akan diatasi terlebih dahulu sebelum dilakukan bleaching. Karena itu, bleaching memang seharusnya dilakukan oleh dokter yang ahli," tambah dokter cantik ini.

Gigi diisolasi dan diaplikasikan pasta peroksida yang diaktivasi dengan laser atau cahaya. Perawatan office bleaching memiliki tiga teknik, yakni aplikasi hidrogen peroxide 35 persen dengan pemanasan (thermocatalytic technique), aplikasi hidrogen peroxide 35 persen dengan pemanasan dan penyinaran (thermo-photocatalytic technique) dan aplikasi hidrogen peroxide 35 persen tanpa penyinaran maupun pemanasan.

Kedua, at home bleaching, yang kerap disebut tray bleaching, yaitu perawatan yang dilakukan sendiri dengan menggunakan mouth guard atau tray yang diisi dengan gel carbamide peroxide diisikan ke dalam traybleaching yang digunakan. Konsentrasi gel bleaching untuk perawatan ini berkisar antara 10-30 persen carbamide peroxide. Perawatan at home bleaching dilakukan selama 2-3 minggu sampai hasil yang diharapkan tercapai. Perawatan ini menghabiskan biaya lebih sedikit dibandingkan dengan in office bleaching.

Ketiga, whitening strip yang berupa plastik yang dapat melepaskan bahan bleaching dan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menempel pada gigi. Strip mengandung carbamide peroxide dengan konsentrasi hanya 7-14 persen. Kandungan carbamide peroxide yang rendah ini menuntut waktu aplikasi yang lebih lama dibandingkan dengan tray. Di sini pasien tidak perlu melakukan pencetakan gigi untuk membuat tray dan strip. Pun kemungkinan terjadinya sensitivitas gigi lebih kecil dibandingkan dengan perawatan lainnya.

"Dalam pasta gigi berpemutih biasanya kandungan peroksidanya lebih rendah dari batas maksimal yang ditetapkan oleh American Dental Association, yaitu 3,6 persen," ujar drg Prita.

Bleaching dan Kesehatan Gigi

Bleaching tidak selamanya memberikan hasil yang diharapkan. Ada beberapa kOndisi di mana bleaching justru sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan. Apa saja?

Menurut drg Prita Pradnya Paramita dari Klinik Anakku, pertama proses bleaching tidak dapat mencerahkan mahkota gigi yang terbuat dari bahan komposit, yang berwarna kurang cerah. Kedua, jika bleaching dilakukan pada gigi yang memiliki area sangat transparan pada tepi insisal gigi anterior, makin meningkatlah transparansi gigi dan menimbulkan warna keabuan sebagai pancaran kondisi gelap rongga mulut.

Ketiga, jika ada bintik-bintik cokelat atau abu-abu gelap akibat tetracycline, gigi akan kurang merespon proses bleaching ekstrinsik dan lebih membutuhkan proses bleaching intristik. Kelima, bleaching tidak akan dapat mencerahkan warna gigi yang hitam, cokelat atau putih akibat proses pembusukan. Terakhir, bleaching tidak dapat mencerahkan warna gigi yang gelap akibat tambalan amalgam yang telah menahun.

"Amalgam adalah tambalan pada gigi dengan menggunakan campuran antara timah hitam dan mercury. Tetapi belakangan ini amalgam tidak lagi digunakan karena jika terjadi kebocoran, kandungan mercury yang berada di dalamnya akan buruk sekali bagi kesehatan," sambung drg Prita.

Tidak semua orang dapat menghasilkan prognosis yang baik agar bisa melakukan perawatan bleaching.bleaching pada para perokok berat, peminum teh dan kopi akan memberi prognosis baik apabila menghentikan kebiasaan selama proses perawatan. Jika orang tersebut memiliki warna stain keabu-abuan, proses bleaching akan lebih sulit dibandingkan dengan yang memiliki warna kekuningan.

Untuk kasus penderita fluorosis, proses bleaching tidak mampu menghilangkan bintik putih, sehingga bintik putih tersamar. Gigi penderita fluorosis juga tidak dapat dirawat dengan bleaching jika pasien terus mengkonsumsi air yang mengandung fluoride berkadar tinggi.

Bagi pemilik gigi normal dan tidak bermasalah yang ingin melakukan perawatan untuk kepentingan kosmetis, amankah bleaching dilakukan? Drg Prita mengatakan, bleaching aman bagi kesehatan gigi jika dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada.

"Pada dasarnya, bleaching bekerja seperti pembersih lantai yang bertujuan untuk mengikis kotoran-kotoran yang ada di permukaannya. Soda kuat yang terkandung di dalamnya bisa menyingkirkan kotoran. Tetapi jika terlalu sering dilakukan, akan merusak gigi dan membuat gigi menjadi sensitif," terangnya.

Oleh karena itu, proses bleaching paling tidak diperbolehkan setiap enam bulan sekali. Rasa sensitif yang timbul setelah proses bleaching biasanya hilang dalam beberapa waktu. Namun, jika bleaching dilakukan terlalu sering, rasa sensitif tersebut bisa permanen. Bahkan gigi bisa rapuh dan menimbulkan karies gigi.

Hydrogen peroxide dan carbamide peroxide sebagai bahan yang digunakan dalam proses bleachingcarbamide peroxide 2 persen selama 60 detik sehari selama 3 hari saja sudah dapat secara nyata menyebabkan peradangan mukosa mulut. Padahal, at home bleaching membutuhkan waktu kontak lebih lama, yakni dalam hitungan jam, sehingga risikonya pun lebih besar.



Sumber : Genie/tty



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More