Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di negara
maju. Di AS saja diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1
juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun ini.
Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karena penyakit
ini, atau sekitar 30,3% dari total kematian di seluruh dunia. Lebih dari
setengahnya dilaporkan dari negara berkembang. DI Indonesia, prevalensi
penyakit jantung dari tahun ke tahun terus meningkat.
Di samping faktor risiko klasik (merokok, obesitas, kadar
kolesterol, tekanan darah tinggi, kurang aktivitas, diabetes mellitus, stres),
hasil penelitian akhir-akhir ini menyebutkan bahwa reaksi peradangan
(inflamasi) dari penyakit infeksi kronis mungkin juga menjadi faktor risiko.
Meskipun begitu, hanya penyakit gigi kronis yang terbukti terkait dengan
penyakit jantung.
Mekanisme penyebaran
Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain dapat
dijelaskan lewat teori fokal infeksi.
Fokal infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan
memicu penyakit di tempat lain. Racun, sisa-sisa kotoran, maupun mikroba
penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain di tubuh seperti ginjal, jantung,
mata, kulit. Dampak penyakit gigi pada jantung dapat berupa penyakit jantung
koroner, peradangan otot, serta katup jantung (endokarditis).
Bakteri yang terikut aliran darah bisa memproduksi enzim
yang mempercepat terbentuknya bekuan darah sehingga mengeraskan dinding
pembuluh darah jantung (aterosklerosis). Bakteri dapat juga melekat pada
lapisan (plak) lemak di pembuluh darah jantung dan mempertebal plak. Semua itu,
menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung,
sehingga jantung tak berfungsi semestinya.
Gejala awal dapat berupa nyeri dada, meliputi rasa seperti
terbakar, tertekan, dan beban berat di dada kiri, yang dapat meluas ke lengan
kiri, leher, dagu, dan bahu. Nyeri dada juga terasa di bagian tengah dada
selama beberapa menit. Setelah kejadian biasanya diikuti rasa mual, muntah,
pusing, keringat dingin, tungkai serta lengan menjadi dingin, napas
terengah-engah, dan sesak napas.
Angina berkepanjangan akan menjurus ke serangan jantung
(miokard infark). Namun sering kali penyakit jantung koroner berlangsung tanpa
adanya gejala, ia tidak menimbulkan masalah sampai keadaannya sudah parah.
Kemungkinan lain, reaksi peradangan yang disebabkan oleh
penyakit gigi meningkatkan pembentukan plak yang memacu penebalan dinding
pembuluh darah. Penelitian menunjukkan, orang dengan penyakit gigi mempunyai
risiko dua kali lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Endokarditis
Bakteri yang ditemukan pada plak gigi merupakan salah satu
faktor penyebab endokarditis.
Bakteri di lubang gigi maupun gusi yang rusak dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah lewat gusi yang berdarah. Bakteri ini dengan mudah
menyerang katup jantung maupun otot jantung yang telah melemah. Gejalanya
berupa demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan embolisasi
(penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya.
Meskipun jarang, penyakit ini dapat berakibat fatal dan
kadang kala memerlukan operasi katup jantung darurat. Selain itu juga sangat
dianjurkan pemberian antibiotika sebagai profilaksi pada orang yang menderita
prolaps katup jantung, penyakit jantung rematik dan kelainan jantung bawaan,
sebelum mendapatkan tindakan pengobatan gigi.
Karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, perlu
perawatan gigi yang baik dan pemeriksaan gigi secara berkala. Cara pencegahan
terbentuknya karang gigi cukup sederhana, yaitu dengan rajin dan teliti
membersihkan gigi secara baik dan benar. Penggosokan pada lidah selama 30 detik
juga terbukti mengurangi jumlah bakteri dalam mulut.
Brosur cara menyikat gigi yang baik dan benar dapat
diperoleh dengan mudah di setiap tempat praktik dokter gigi. Pemakaian dental
floss (benang gigi) juga amat penting untuk membersihkan daerah- daerah yang
sulit terjangkau oleh sikat gigi, terutama daerah antargigi dan juga pada
gigi-gigi yang berjejal.*
Sumber : www.kompas.co.id
0 komentar:
Posting Komentar